landscape

landscape
fantastis

health natural

Cari Blog Ini

Minggu, 12 Desember 2010

NAMA SANG BAYI

Nama Sang Bayi Jumat, 26/11/2010 14:54 WIB |
email | print | share Nama seorang anak terhadap
keluarganya kadang mirip
seperti plang nama pada sebuah
toko. Di situlah citra bisa
ternilai. Mulai dari pemilihan
nama, gaya tulisan, warna dan jenis plang, serta
penempatannya. Jangan
berharap konsumen akan
tertarik masuk ke toko jika
tulisan plangnya asal-asalan. Jangan anggap remeh arti
sebuah nama. Terlebih jika nama
itu diperuntukkan buat sang
buah hati. Karena dari nama
anaklah, citra sebuah keluarga
bisa ternilai. Sayangnya, tidak semua orang
tua paham itu. Jadilah bayi-bayi
yang punya asal nama. Tanpa
arti, tanpa hikmah. Hal itulah
yang kini kerap dipikirkan Pak
Yogi. Bapak yang baru saja dapat
anugerah kelahiran bayi laki-laki
ini masih dibingungkan dengan
pilihan nama. Ia sedang berpikir
keras untuk menentukan nama
bayinya. "Nama anak harus punya nilai," tekad Pak Yogi
begitu kuat. Sekuat kritik buat
ayahnya yang telah memberinya
nama 'Yogi'. Ketika Pak Yogi paham
bagaimana Islam mengajarkan
soal nama, ia sempat kecewa.
Masalahnya, nama 'Yogi' sulit
dicarikan arti. Apalagi, nilai yang
bisa diambil pelajaran. Dan lebih kecewa lagi ketika Pak Yogi
bertanya ke ayahnya soal
pemilihan nama itu. "Ayah juga
nggak tahu artinya!" ucap ayah
Pak Yogi suatu kali. Ketika
didesak kenapa ayahnya memilih nama itu, jawaban sang ayah
sederhana saja. "Soalnya, waktu
itu ayah suka sama film kartun.
Judulnya Yogi and Bubu!" Astaghfirullah! Pak Yogi sangat
sangat kecewa. Kadang ia malu
sama teman pengajiannya. Tapi,
apa mau dibilang. Nama sudah
terlanjur melekat. Repot kalau
diubah. Karena mesti mengubah akte kelahiran, ijazah SD, SMP,
SMU, dan S satu. Cara mudah mengubah nama
tanpa mesti mengubah dokumen
keluarga, ya dengan mengubah
nama panggilan. Pak Yogi
berharap, dengan nama
anaknya kelak, ia bisa mendompleng. Ia bisa menyebut
dirinya dengan Abu titik-titik.
Artinya, bapak dari nama bayi
laki-lakinya itu. Kalau nama sang
bayi Ahmad. Maka, nama
panggilan Pak Yogi menjadi Abu Ahmad. Wow, keren! Tapi, ia masih belum sreg
dengan pilihan nama buat
anaknya. Yang jelas, tidak
mungkin Pak Yogi menamai
anaknya dengan Abu Bakar.
Karena nama panggilan buat dirinya akan dobel di Abu: Abu
Abu Bakar. Wah, jadi nggak pas.
Pak Yogi terus berpikir. Tapi,
belum juga ketemu. Pak Yogi pernah bertanya ke
isterinya. Tapi, isterinya tidak
memberi satu nama pun. Cuma
ngasih saran, agar nama
bayinya tidak kepanjangan.
Repot mesti dipanggil apa. Kalau disebut semua, sulit dihafal.
Kalau disingkat, nanti malah
kurang bagus. Saran isterinya itu, menjadi
pertimbangan baru buat Pak
Yogi. "Betul juga, ya!" ucapnya
dalam hati. Ia pernah dengar
pengalaman teman pengajiannya.
Sang teman pernah dikasih saran oleh seseorang untuk
menamai anaknya dengan nama
yang begitu bagus: shibghotullah!
Artinya, celupan atau bentukan
dari Allah. Tapi, teman Pak Yogi
bingung sendiri. Ia kerepotan memanggil sang anak. Kalau
dipanggil secara utuh, selain
susah juga kepanjangan. Kalau
mau disingkat, motongnya di
mana. Kadang, ketika anak mulai
belajar bicara, kerap menyebut
namanya dengan caranya
sendiri. Nah, kalau namanya
kepanjangan dan sulit disingkat,
anak juga ikut kerepotan. Hal itu pernah dialami tetangganya.
Nama sang anak sebenarnya
bagus: Khairuddin. Artinya,
kebaikan dari agama. Tapi, sang
anak sendiri yang akhirnya
menyingkat menjadi Udin. Hingga dewasa, anak itu tetap dipanggil
Udin. Dari sekian pengalaman itu, Pak
Yogi akhirnya menemukan satu
nama. Panggilannya tidak sulit.
Tidak juga terlalu panjang.
Bahkan, sangat singkat.
Namanya, Sa'id. Artinya yang berbahagia. Dari segi sejarah,
nama Said mengingatkan Pak
Yogi dengan seorang pahlawan
Islam: Said bin Zubair. Selain itu, ada satu hal yang
membuat hati Pak Yogi
berbunga-bunga. Tak lama lagi,
teman-teman Pak Yogi akan
memanggil dirinya dengan
panggilan baru: Abu Said. "Wow, nama yang keren!" ucap Pak
Yogi ke isterinya. Dan, isteri Pak
Yogi pun setuju. Ketika berkunjung ke orang
tuanya, Pak Yogi menyertakan
isteri dan sang bayi. Selain
minta doa, sebenarnya Pak Yogi
juga punya maksud lain. Ia ingin
ngasih pelajaran buat ayahnya yang asal ngasih nama. Agar,
ayahnya sadar bahwa nama
anak itu harus punya arti dan
pelajaran. "Siapa namanya, Yog?" tanya
ayah Pak Yogi sambil menoleh
ke sang bayi. Dengan bangga
Pak Yogi mengatakan, "Sa'id,
Yah! Artinya yang berbahagia.
Bagus kan, Yah!" Ayah Pak Yogi mengangguk-
angguk pelan. "Luar biasa, Yog!
Kamu memang hebat pilih nama.
Hebat!" ucap ayah Pak Yogi. Mendapati reaksi itu, Pak Yogi
jadi bingung sendiri. Apakah
secepat itu ayahnya langsung
tersadar soal nilai sebuah nama.
Atau, apa nama Said punya arti
tersendiri buat ayahnya yang ia yakin tidak paham dengan
bahasa Arab dan nama-nama
tokoh Islam. ” Maksud, ayah?” tanya Pak Yogi menghilangkan rasa
penasarannya. "Begini, Yog. Dengan nama itu,
aku bisa memanggil cucuku
dengan inisial bagus: SBY! Wow,
SBY! Artinya, Said bin Yogi!"
lanjut ayah Pak Yogi bangga.
(muhammadnuh@eramuslim.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar